Jumat, 21 November 2014

PUNTEN-MANGGA YANG SUDAH TERLUPAKAN

Sepintas kata tersebut seperti biasa-biasa saja, padahal apabila kita kaji lebih dalam makna kata tersebut ternyata mengandung filososi yang sangat luar biasa, coba saja setiap orang sunda ketika ingin melakukan sesuatu selalu mengatakan punten, disana berarti setiap aktivitas yang akan dikerjakan selalu PUNTEN (permisi), baik kepada orang yang ada di sekitarnya maupun Tuhan mereka, karena pada hakikatnya manusia tidak memiliki apapun, yang memiliki hanyalah Tuhan Semesta Alam.

Kalau orang Sunda, pasti tahu dengan kebiasaan mengucapkan “PUNTEN” atau jika di terjemahkan ke Bahasa Indonesia artinya “PERMISI”. Biasanya ucapan itu di ucapkan oleh siapa saja oleh seseorang ketika ia lewat di hadapan orang lain, ketika menyuruh seseorang untuk mengambilkan sesuatu, atau ketika ia mengunjungi kediaman seseorang. Selain yang saya sebutkan tadi, masih banyak hal-hal yang diterapkan dengan kata-kata “PUNTEN” atau “PERMISI”.
Dan, jawaban dari kata “PUNTEN” adalah “MANGGA”. Disini bukan Mangga dalam artian buah mangga yang tumbuh di kebun atau terdapat di pasar. MANGGA disini jika diartikan dengan bahasa Indonesia artinya bisa SILAHKAN, LANJUTKAN, atau jawaban positif seperti YA.
PUNTEN-MANGGA, dalam Sunda sudah merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dipisahkan. PUNTEN itu merupakan sebuah kosakata yang memiliki arti luas dalam Bahasa Sunda. Bisa berarti meminta izin, menolak sebuah ajakan, pengantar untuk menanyakan sesuatu, dan melambangkan orang yang sopan.
Contohnya :
A : Punten Mas, tahu alamat ini ?
B : Manggaoh alamat ini? Punten saya tidak tahu !
A : Oh, iya gak apa-apa Mas. Punten ganggu, Mangga B.
B : Iya, Mangga A !
Dari dialog diatas, banyak dikatakn kata Punten - Mangga. Punten yang pertama digunakan untuk sapaan yang sopan bagi Orang Sunda, kemudian pada kata “Punten saya tidak tahu”, disini mengatakan bahwa B merasa menyesal karena ia tidak mampu membantu A. Kemudian Mangga yang pertama menunjukkan si B menyambut kedatangan A, dan punten ke dua si A meminta izin untuk pergi, Mangga ketiga merupakan jawaban bahwa si B mengizinkan A untuk pergi.
PUNTEN-MANGGA dulu, dengan sekarang sudah berbeda. Karena dulu, orang tua selalu menitipkan pesan kalau kita jangan pernah lupa menggunakan PUNTEN-MANGGA dimanapun berada. Karena itu yang menunjukkan diri kita seberapa tinggi tingkat penghargaan kita pada orang lain. Tapi sekarang, menemukan orang yang mengatakan PUNTEN ketika mereka lewat, atau ketika orang itu meminta bantuan kita rasanya sulit sekali. Bahkan jika kita mengucapkan PUNTEN, mungkin agak sulit juga menemukan yang menjawab MANGGA.
Kenapa itu terjadi ? Mungkin pertama karena pergeseran budaya yang sudah ke-Barat-Baratan. Sehingga mereka merasa malu ketika mengucapkan apa yang diucapkan oleh para pendahulunya dulu. Merasa malu karena menganggap budaya PUNTEN-MANGGA merupakan budaya KUNO.
Kedua, anggapan bahwa TIDAK PERLUNYA mengucapkan PUNTEN-MANGGA. Padahal sudah disebutkan bahwa itu budaya asli Indonesia khususnya tatar Sunda yang mencerminkan derajat diri kita mengenai makna sebuah penghargaan.
Ketiga, sudah lunturnya rasa hormat antar sesama. Mungkin ini yang terjadi sekarang. Dulu, saya merasa malu ketika lewat di hadapan orang yang lebih tua tanpa mengucapkan PUNTEN. Hingga sekarang, saya merasa malu jika tidak mengucapkan itu. Tapi sekarang, rasanya orang-orang sudah hampir meninggalkan PUNTEN-MANGGA.
Kita lihat untuk beberapa tahun mendatang, apakah PUNTEN-MANGGA masih akan digunakan bagi orang-orang tatar Sunda disekitar hidupnya?

1 komentar:

  1. Artikel yg bagus.
    Sekalian ajarkan bahsa sunda yg luhur serta tulisan asli sundanya

    BalasHapus